Sebagai contoh, Jerman sehabis perang dunia kedua, sang Fuhrer, menggaet para pengusaha untuk membangun industri berat yang telah mati akibat perang dunia pertama. Yunani, jaman perang Peloponesos, dapat membangun angkatan laut terbesar di seantero mediterania karena, seluruh keluarga adalah satuan produksi, maka dari itu muncul kata Oikonomia (cara mengatur rumah tangga) dan tentu saja, menghasilkan filsuf-filsuf paling aneh di jamannya seperti sokrates, plato dkk, karena uang banyak, tidak ada pekerjaan lain selain duduk dan berpikir dan dibayar! Sebuah pekerjaan yang aneh dan menyenangkan. Peradaban Islam, juga dibangun melalui ekonomi, Nabi Muhammad, saat menginjakkan kaki di Madinah, langsung berencana untuk menguasai pasar. Turki Ottoman, mampu membangun benteng di Istambul dan angkatan laut yang kuat, karena mereka menguasai perdagangan rempah-rempah Eropa.
Untuk mencapai kemandirian ekonomi, memang bukan hal yang mudah. Namun, menyenangkan dan seluruh masyarakat dapat membantu pemerintah. Mengapa? Karena berhubungan dengan duit, siapa yang tidak suka dengan duit? Dan kita dapat membantu dengan cara menjadi pengusaha. Ekonomi korea, dibangun dengan sekitar 8% penduduknya menjadi pengusaha, AS sekitar 5%. Kemudian, dengan mencari duit, ternyata Muhammad Yunus mendapatkan nobel. Pahala dan uang bersatu padu menghasilkan sesuatu yang manis! Jikalau Indonesia terdapat 5% saja pengusaha kecil, hal itu akan sangat membantu pendapatan masyarakat. Bila masyarakat mendapatkan pendapatan per kapita sebanyak 5000 dollar AS dan pemerintah menerapkan pajak sebesar 10% per kepala maka, 210 juta * 5000 * 10%= 105 milyar dollar AS dari pajak! Dengan uang itu, Pendidikan yang keren, senjata yang keren, tempat dugem yang keren pun akan menjamur!
Bagaimana dengan kita, mahasiswa ITB? Jangan jadi pekerja! Jadilah pengusaha! ITB alumies shall never be a Slave! Sebuah pepatah dari Britania yang telah dirubah namun baik. Jadi ingat, Kita bukan budak dari Kapitalis asing, namun kita calon Kapitalis!
No comments:
Post a Comment