Kemarin saya pergi membeli sapu karena kamar sering kotor. Kemudian saya berjalan-jalan di Pasar Simpang Bandung untuk mencari sapu yang dimaksud. Saya menemukan satu sapu dari bambu disebuah toko kecil di pojok simbang, lalu saya bertanya, "Berapa nih pak?" sambil menyodorkan sapu ke arah si pemilik toko. Dia menjawab "2 ribu, dek!". Saya berpikir dalam hati, "murah amat!".
Sewaktu saya sampai dirumah, saya uji, saya memikirkan sapu bambu dan mendapati kesimpulan, bahwa itu kan tumbuh setiap saat, dianggap sebagai tanaman dengan tingkat pertumbuhan terbesar jadi bahan bakunya murah. Terlebih lagi, karena organik dianggap ramah lingkungan. Cara pembuatannya mudah karena tidak menggunakan kayu keras. Setelah diuji lapangan, daya menyapu kotorannya tidak kalah dengan sapu ijuk. Tampilan dari sapu tersebut juga sangat cantik. Namun kekurangannya adalah cepat rusak.
Lebih lanjut saya berpikir, selagi dunia mengalami krisis ekonomi dan kesadaran untuk menggunakan barang organik, sapu bambu ini bisa diekspor kemancanegara untuk mengalahkan produk-produk sapu cina (cina produksi sapu tidak y?), sehingga dapat menambah pemasukan negara dari sektor non-pajak dan non-migas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment