Wednesday, June 27, 2007

Membuat Sang raksasa berbicara secara personal

Hmmm... Hari Selasa kemaren saya ikut aksi memprotes segala kebijakan rektorat...
Well.... sebenarnya acara hari ini sudah direncanakan sejak lama, Sejak selasa seminggu yang lalu, dan akan di ambil perencanaanya oleh KM, setidaknya itu yang saya tau. Secara umum, acara tersebut berisi penulisan uneg2, happening art, dan mewarnai batu :-/

Namun, sampe hari senin pagi, tampak tak ada persiapan yang berarti. Hmmm..... Saya takut saja acara ini bakal menjadi bencana. Kemudian, secara tidak sengaja, saya melihat blog sebelah. Si senator itu, berharap banget oskm ada. Walaupun, saya merasa oskm itu sedikit archaic, maaf beribu maaf bos. Tetapi, hal tersebut membuat saya menjadi berpikir keras, setidaknya...... Untuk menghindarkan keadaan yang digambarkan oleh bu senator tersebut tidak terjadi.

Ada gambaran untuk membuat aksi tersebut sederhana, personal dan menusuk jantung si Rektor kita yang tercinta. Dengan memanfaatkan pendataran dunia sekarang, Well... Terimakasih pak Djusman SD atas bukunya The World Is Flat, super bermanfaat.

Malamnya, saya chatting dengan pak Aji...; Hello bos! Dia berpikir cara yang sama, walaupun dia sempet2 mengajukan cara yang super keren. Menggunakan Aisar Million SMS, Saya tidak mengira pak Aji bisa berpikir nakal kayak gitu.... Hmm..... Tapi bagus...... Aman lah masa depan Indonesia kalo pak Aji ada ni.

Jadi, pagi hari selasa, saya memutuskan untuk mengusulkan ide yang diberi nama operasi reg_Djoksan. Inti dari operasi tersebut adalah, dengan menuliskan SMS kepada pak rektor kita yang tercinta oleh para peserta aksi.

Disana, saya berdiskusi singkat dengan pak Hamal, dan dia langsung sigap orasi singkat, dan saya disuruh melanjutkan aksinya. Operasi reg_Djoksan telah dilaksanakan. kurang lebih 60-an orang mengirim SMS, mak nyusss HPnya pak rektor, namun saya berpesan agar tidak menulis kata2 kasar. Habis itu, kita semua melepas balon.... Seruu.... Dan tak lama kemudian keefektifan dari operasi reg_Djoksan terlihat. Pak Djoksan marah2 ke WROR, mokat gw..... Tapi pak Sawung dan teman2 PSIK, sebut saja Ivan 06, Teja, Agung, dan Dati mendukung apa yang saya lakuken (Iya lah, gw kan bosnya).

Malemnya, "operasi langsung dari HP saya" berlangsung, bentuk operasinya..... Highly Classified!

Sekarang, Saatnya Special Thanks : bu Senator, pak Aji, pak Djusman, pak Thomas L Friedman, Kawan Bob, pak Sawung, Kawan2 PSIK (Ivan, Teja, Agung, Dati), Kawan Hamal, dan seluruh kawan-kawan yang membantu aksi tersebut, mengirimkan kritik dan terutama kritik yang sopan.

Monday, June 25, 2007

Geef mij maar nasi goreng

kemaren gw nemu lagu kesukaan gw waktu SD namanya geef mij maar nasi goreng.... Artinya, gw makan nasi goreng... gini liriknya

Toen wij repatrieerden uit de gordel van smaragd
Dat Nederland zo koud was hadden wij toch nooit gedacht
Maar 't ergste was 't eten.
Nog erger dan op reis
Aardapp'len, vlees en groenten en suiker op de rijst

refrain:
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij
Geef mij maar nasi goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat kroepoek en een goed glas bier erbij

Geen lontong, sate babi, en niets smaakt hier pedis
Geen trassi, sroendeng, bandeng en geen tahoe petis
Kwee lapis, onde-onde, geen ketella of ba-pao
Geen ketan, geen goela-djawa, daarom ja, ik zeg nou

refrain

Ik ben nou wel gewend, ja aan die boerenkool met worst
Aan hutspot, pake klapperstuk, aan mellek voor de dorst
Aan stamppot met andijwie, aan spruitjes, erwtensoep
Maar 't lekkerst toch is rijst, ja en daarom steeds ik roep

refrain


Gw dengerin terus di sekre PSIK sampe orang2 stress wakaka... rasain ente......

Udah dulu ah, gw mau dengerin lagi lagunya

Tuesday, June 05, 2007

Membela Bangsa, Ngapain?

Sejak awal berdirinya Republik ini, saya mendengar banyak sekali cerita-cerita tentang bagaimana tentara dan rakyat bergabung untuk melawan penjajah. Rakyat bahkan rela mati oleh pasukan pendudukan karena mereka menyembunyikan anggota dari TKR, BKR atau TRI di rumah mereka. Pada saat itu, bisa saya katakan bahwa TNI telah bermanunggal dengan rakyat atau sistem pertahanan rakyat semesta telah tercapai. Sebuah keadaan yang ideal antara TNI dan rakyat yang selalu ingin dicapai oleh TNI modern dalam melawan kekuatan baik asing maupun teroris dalam negeri.

Namun dengan seiringnya waktu, selama rezim orde baru tentara dijadikan alat kekuasaan oleh Presiden Soeharto untuk melakukan tindakan-tindakan yang ditujukan untuk meredam rakyat dan melanggengkan kekuasaan. Tentara tidak lagi bersama rakyat, malah bersama dengan penguasa. Hal ini, berlangsung terus menerus sehingga mengakibatkan rakyat dan tentara tidak saling percaya lagi, sehingga kemanunggalan TNI tidak tercapai pada masa tersebut.

Jika kita kaitkan dengan level kenasionalismean bangsa Indonesia, sangat yang sangat rendah saat ini, jangan harap TNI bermanunggal dengan rakyat apalagi rakyat ada dibelakang TNI. Sekarang, rakyat Indonesia terkesan diam saja ketika pulau sipadan dan ligitan diambil asing, rakyat tidak berontak ketika Singapura mengeruk pasir laut, dan bodo amat kalau TNI-AL terkepung oleh angkatan laut Diraja Malaysia. Mengapa hal ini terjadi? Sangat rasional, hal ini terjadi karena rakyat tidak lagi memiliki apa-apa yang harus dipertahankan, tanah tidak punya karena dirampas oleh mafia tanah dan di Porong ditenggelamkan oleh lumpur, tambang-tambang tidak punya dan dimiliki asing, hutan digunduli dan dibekingi oleh tentara, karena hutan digunduli tentu saja satwa langka hilang, yang mereka punya sekarang, tinggal nyawa. Tak ada lagi kebanggaan, harta nasional dan pribadi yang dapat diberikan ke anak-cucu mereka, jadi buat apa mereka berjuang? Untuk diambil lagi harta mereka? Untuk membela tanah mereka yang dirampas oleh asing? Untuk membela hutan mereka yang dikuasai oleh penguasa zalim yang dibekingi oleh tentara? Harta rakyat pun diberi pajak yang kemudian diambil untuk membiayai tentara yang menembaki rakyat kecil di Pasuruan, di Tanjung Priok (dulu) dan di tempat-tempat yang lain. Mending ikut sama teroris kan? Nyawa yang menjadi harta terakhir hilang, tapi digantikan dengan kehidupan enak disurga dan ditemani bidadari yang bermata seperti merpati lagi, daripada di dunia… miskin. Jadi, jangan salahkan JI, Al-Qaeda atau alien untuk permasalahan terorisme yang merebak di bumi pertiwi. Lah, ngapain bela tanah air? Toh, negeri ini milik asing dan pengusaha-penguasa.

Jikalau tentara benar-benar membutuhkan bantuan dari masyarakat untuk menjaga kedaulatan RI, jawabnya sederhana saja, sediakan mereka sesuatu untuk dipertahankan! Jangan seperti sekarang. Saya masih berharap dimasa depan, untuk menghadapi globalisasi dan ancaman-ancaman modern seperti terorisme dan pencurian kekayaan alam oleh asing, kemanunggalan TNI dan rakyat adalah hal yang harus dicapai. Jadi TNI, jangan arogan, Ingat bahwa peluru kalian berasal dari pajak, gunakan lah itu untuk menumpas para penjarah ibu pertiwi jangan gunakan untuk menembaki kawan sendiri apalagi ibu-ibu dan anak kecil. Saya percaya ditangan Jendral-Jendral TNI sekarang, reformasi dan wajah baru TNI akan dibentuk.

Ivan Sugiarto Widodo

Presiden Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan (13504149)

Saturday, June 02, 2007

Vox Populi, Vox Argentum (suara rakyat, suara gemricing uang)

Setelah membaca buku demokrasi tanpa demokrat karya bang fajroel.... Disana ada artikel tentang merchant state (negara pebisnis). Negara yang dikuasai oleh kepentingan bisnis....


Penguasa memikirkan kepentingannya sendiri karena dia pengen untung, bukan memikirkan kepentingan bangsa dan negara. Cucok dengan keadaan kita sekarang. Dimana hampir seluruh menteri dipegang sama pengusaha. Makanya nih negara gak betul-betul...

Sama kayak si Soros bilang di Bukunya open society... Dia bilang, penguasa dan pengusaha tu gak boleh nyatu, karena penguasa tu harus mikirin rakyat, pengusaha tu mikir keuntungan perusahaannya. Tapi, dalem prakteknya harus ada nego-nego biar semua senang. Penguasa menjadi pengawas pengusaha, pengusaha menjadi pengawas penguasa.

Nah, sekarang, kalo pengusaha dan penguasa bergabung.... Siapa yang akan menjadi kekuatan penyeimbang para Korporatokrasi (pengusaha dan penguasa). Apa yang terjadi di Indonesia sudah pernah terjadi di roma, pada senatornya, yang kemudian mengakhiri republik menjadi kekaisaran...

Akankah ada kekaisaran lagi di Indonesia? Akankah ada Julius Caesar Baru? Akankah kita hidup dalam korporatokrasi selama 200 tahun seperti roma?