Saturday, April 21, 2007

gut gemacht meine Liebe

Langsung saja keintinya....

Well, Orang yang gw beri amanah kemarin telah melaksanakan tugasnya dengan baik!
It's time to cede my business to her...

Let's sing my own war love song..... Modified form lili marlene.

Outside the barracks by the corner light
I'll always stand and wait for you at night
We will create a world for two
I'll wait for you the whole night through
For you, ********** <= Censored for good my comrade
For you, **********

Bugler tonight, don't play the Call To Arms
I want another evening with her charms
Then we will say goodbye and part
I'll always keep you in my heart
With me, **********
With me, **********

Give me a rose to show how much you care
Tied to the stem, a lock of golden hair
Surely tomorrow you'll feel blue
But then will come a love that's new
For you, **********
For you, **********

When we are marching in the mud and cold
And when my pack seems more than I can hold
My love for you renews my might
I'm warm again, my pack is light
It's you, **********
It's you, **********

My love for you renews my might
I'm warm again, my pack is light
It's you, **********
It's you, **********

Friday, April 20, 2007

alles Gute zum Geburtstag mein Fuhrer

Hehehe.....

Pada hari ini, tahun 1889, seorang anak yang paling keren sedunia lahir. Dia adalah Hitler, salah seorang pujaan gw. Teori Neo-Klasik yang keren, dipadu dengan kebencian sedikit.....

Walaupun dalam beberapa hal, gw gak sepakat, termasuk genocida. Menurut gw, lebih baik Yahudi dijadikan buruh paksa saja.

Tapi, apapun itu, teori mu tentang Nasionalisme, Hawk lobby, dan Nasional Sosialis akan selalu gw pake.

Vielen dank Hitler!

Tuesday, April 17, 2007

Membangun Jalan dan Menggunakannya

Kemaren, setelah gw berjibaku untuk menggolkan business plan ke IEC 2. Ketika tiba-tiba seseorang yang gw harapkan ikut business meeting ternyata tidak bisa....

WTF? Kata gw didalam hati, selama ini gw membangun jalan untuk die bisa kesana. Tetapi, dia gak mau. Masalahnya adalah, bukan menang atau kalah, tapi contact person buat masa depan dengan para investor. That's the f**king problem, for god sake.

Udah melanggar perjanjian dengan memasukkan orang yang tidak gw setujui kesana.... Bener-bener dah....

Tetapi, gw ingin menyanyikan satu lagu untukknya.

Honesty dari billy joel


If you search for tenderness
It isn't hard to find
You can have the love you need to live
But if you look for truthfulness
You might just as well be blind
It always seems to be so hard to give
CHORUS
Honesty is such a lonely word
Everyone is so untrue
Honesty is hardly ever heard
And mostly what I need from you
I can always find someone
To say they sympathize
If I wear my heart out on my sleeve
But I don't want some pretty face
To tell me pretty lies
All I want is someone to believe
CHORUS
I can find a lover
I can find a friend
I can have security
Until the bitter end
Anyone can comfort me
With promises again
I know, I know
When I'm deep inside of me
Don't be too concerned
I won't ask for nothin' while I'm gone
But when I want sincerity
Tell me where else can I turn
Because you're the one that I depend upon
CHORUS

Membangun Frame Gerakan Mahasiswa



Oleh : Ivan Sugiarto Widodo (13504149)
Disampaikan pada diskusi Psik ITB tanggal 13 April 2007

Latar Belakang

Mahasiswa, yang tadinya diharapkan mampu membawa perubahan sosial, malah ngumpet entah dimana. Kampus-kampus tidak lagi memiliki kemandirian dalam bergerak, ini tercermin dari adanya demo bila salah satu parpol menghendaki dan tidak demo bila tidak dikendaki; tidak punya alasan untuk bergerak; tidak punya lagi kekritisan, ini terlihat dari semakin sedikitnya tulisan dari mahasiswa untuk membedah masalah bangsa di media massa, walaupun mungkin saja dia menulis di blog. Mahasiswa yang saya lihat terkesan apatis. Saya pernah berbicara dengan buruh di cimahi, dia berkata bahwa mahasiswa telah hilang untuk membantu kaum buruh, mereka bekerja sendiri. Sementara di mahasiswa sendiri, mereka semakin tidak peduli lingkungan sekitar, mereka hanya melihat apa yang ada dihadapan mereka dan berhubungan langsung dengan mereka, intinya individualis. Nampaknya mahasiswa tidak melihat masalah-masalah bangsa. Mereka teralienasi dari lingkungan. Padahal, sekarang jaman informasi, seharusnya mereka bisa melihat informasi tersebut dengan gampang dan cepat. Saya melihat, diskusi-diskusi diruang virtual semakin marak dan dilengkapi dengan analisis yang tajam. Tapi, tetap saja mahasiswa tidak bergerak. Mengapa ini terjadi? Mungkinkah mereka tidak tahu harus berbuat apa? Atau takut?
Indonesia sendiri, sekarang memiliki banyak masalah. 40 juta rakyat miskin, kekurangan pangan sampai 500 ribu ton beras yang menyebabkan harga beras mencapai kisaran 6000 rupiah, bencana alam yang tak kunjung usai, pengangguran mencapai 10 juta orang, kecelakaan transportasi, kekurangan energi, busung lapar, penyakit-penyakit seperti flu burung, rakyat yang tidak siap menerima demokrasi sampai pada kelakuan para pejabat yang payah. Walaupun disisi lain, ada peningkatan dari segi ekonomi mikro. Tetapi, tampaknya tidak banyak membantu dalam kemakmuran rakyat.

Sebagai seorang yang menganut teori bahwa pemberesan ekonomi adalah dasar untuk membereskan seluruh masalah, dan seorang yang bergaya kapitalis neo liberal, saya merasa bahwa perbaikan ekonomi memang akan mejadi sebuat domino effect terhadap seluruh kehidupan bangsa, Energinya kah, sosialnya, pendidikannya, pangannya, industrinya, lingkungannya. Dan memang saya merasa, buat apa mendidik orang dengan pendidikan jika ia tidak bisa makan dengan halal? Buat apa membangun PLTN jika kita tidak butuh itu secara ekonomi? Buat apa membangun jalan kalau kita tidak mampu mengisinya dengan barang-barang dagangan atau jasa, ataukah kita ingin berbangga saja mempunyai jalan besar? Buat apa menanam padi kalau tidak menguntungkan? Sampai buat apa berpoligami dan punya banyak anak, kalau hanya memiskinkan?

Pernyataan Tujuan

Secara umum, saya sepakat dengan visi dari SBY ingin menjadikan bangsa Indonesia berpendapatan perkapita sebesar 18 ribu dollar pada tahun 2030, walaupun agak tidak masuk akal, namun pantas diperjuangkan.

Pendefinisian Masalah

Dengan menggunakan latar belakang saya sebagai seorang informatik, untuk mencapai tujuan organisasi dengan penerapan sistem informasi harus mempunyai 4 komponen penting yang harus diubah, yaitu Brainware, Organoware, Hardware dan Software.

Pertama adalah Brainware atau skill dari rakyat Indonesia. Skill dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal, peningkatan akses informasi agar rakyat dapat membaca jurnal-jurnal luar negeri. Untungnya, sekarang internet sudah merajalela. Namun, sebagian rakyat Indonesia tidak memiliki akses internet. Kita punya 230 juta rakyat, tetapi menurut world fact book CIA rakyat Indonesia yang dapat mengakses internet hanya 16 juta orang, kurang dari 10%. Bagaimana kita bisa mendapatkan ilmu-ilmu dari Eropa, Amerika atau Asia Timur jika yang punya akses hanya sebanyak itu? Bagaimana kita menjadi economic powerhouse jika inovasi kita terlambat dan kita hanya menjadi katak dalam tempurung?

Dari segi Organoware kita juga payah, para birokrat dan wakil rakyat diisi oleh, mayoritas, koruptor dan kadang-kadang membuat kebijakan yang tidak masuk akal! Seperti membuat RUU Penanaman Modal Asing, yang memperbolehkan perusahaan asing membeli seluruh saham dari perusahaan Indonesia. Sebelum RUU PMA disahkan saja air kita dikuasai Prancis, Aqua dibeli danone, Ades dibeli Nestle, PAM juga. Air, yang menjadi hajat hidup rakyat kok di kuasai asing? Apalagi yang akan dibeli asing? Akankah kita terjajah dengan RUU PMA? Pemerintah sendiri, tidak mampu lagi memenuhi janjinya, JK ketika ada di Jogja berjanji untuk membayar setiap rumah dengan ganti rugi sebesar 30 juta rupiah, tapi mana realisasinya, kasus lumpur Lapindo yang tak kunjung usai. Bermacam-macam kasus lainnya dimana pemerintah tidak dapat menunjukkan kepemimpinannya. Sementara, banyak orang hanya berkoar-koar saja tidak jelas juntrungannya. Seperti kaum moralis, yang memanfaatkan demokrasi untuk mewujudkan ide-ide gilanya tentang Theokrasi.

Dari segi hardware, kita punya sumberdaya alam yang melimpah, ikan dilaut, didarat ada mineral berharga dan tanah yang subur, kondisi geografis kita yang strategis. Namun, semua itu hanya menjadi dongeng dikelas kala pelajaran PPKn. Tetapi, tidak dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Kemudian, dari segi infrastruktur transportasi, ada beberapa daerah di pedalaman belum ada jalan raya, sementara di kota besar, jalan macet. Ketersediaan transportasi menyebabkan daerah di pedalaman sulit berkembang karena arus barang dan jasa minim, menyebabkan sulitnya pengembangan bisnis baru. Yang menyebabkan ketidakmakmuran rakyat.

Dari segi software, yaitu lingkungan dan sosial budaya, rakyat Indonesia memang pekerja keras, saya melihat dipasar, jam 3 sudah buka. Orang, walaupun untungnya kecil masih saja terus berusaha pantang menyerah. Banyak orang miskin yang bekerja di tempat sampah, di tempat-tempat terjorok didunia tanpa malu-malu sedikitpun. Sebenarnya, memang rakyat kita adalah pekerja keras, namun tidak mendapatkan kesempatan yang luas. Dan juga ada beberapa yang memang mencari kesempatan di air keruh.

Saya menduga bahwa permasalahan yang utama terjadi pada karena pelaku-pelaku sosial di Indonesia tidak dapat memposisikan dirinya sesuai perannya. Saya mendapatkan hipotesis tersebut karena melihat dari model pengembangan software dengan pendekatan Rational Unified Process diawali dari pendefiisian aktor dan peran dengan memanfaatkan use case diagram.

Analisis

Untuk membuat sebuah sistem informasi dari sebuah perusahaan, diperlukan pendefinisian Use Case, yang berisi aktor-aktor dan apa saja yang dia bisa lakukan. Tindakan seperti ini, menurut saya bisa dilakukan untuk mencari tahu apakah semua golongan rakyat sudah berlaku seperti yang seharusnya dalam tujuan mencapai kesejahteraan rakyat.
Mari kita muali analisis ini dengan mencari aktor-aktor yang berada dimasyarakat. Secara umum, saya membagi masyarakat menjadi 3 golongan. Golongan elit, yaitu pengusaha, pembuat kebijakan dan militer karena mereka dapat mengatur jalannya sosial dan politik masyarakat. Kedua adalah, golongan menengah yang memiliki keahlian khusus atau modal, yaitu akademisi, mahasiswa dan borjuis kecil. Golongan ketiga adalah golongan yang tidak memiliki modal ataupun keahlian khusus sehingga dia tidak mempunyai bargaining position yang tinggi dan tidak mampu memberikan solusi kepada masyarakat, golongan ketiga tidak saya bagi lagi menjadi sub-sub golongan.
Diagram use case, akan menjelaskan tugas-tugas yang seharusnya diambil oleh mereka.



Pengambilkebijakan sekarang, tidak mampu lagi untuk mengambil kebijakan yang prorakyat, karena fungsinya mulai terjadi dualisme antara pengambilkebijakan dan pengusaha, mereka membuat kebijakan yang medukung usahanya dalam mencari keuntungan. Contohnya, terjadi pada kasus Jusuf Kalla, dia tidak bisa memisahkan posisinya sebagai pengusaha dan pengambilkebijakan.
Militer, walaupun sudah dihapuskan dwifungsi ABRI, tetapi banyak juga militer yang curi-curi menjadi pengusaha.
Sementara pengusaha sendiri, cenderung menguasai pasar dari hulu ke hilir, contohnya pada indofood group dan wings group. Indofood mempunyai jaringan bisnis dari produsen sampai retailer, wings groups mempunyai jaringan produsen dan transportasi. Tindakan monopolistik ini, tentu saja membuat usaha kecil mati karena harga yang ditawarkan oleh perusahaan besar tentu saja lebih murah. Sehingga perannya sebagai perangkul usaha kecil dan menengah berubah menjadi predator pasar utama.

Beralih ke kelas menengah, akademisi, kebanyakan tidak dapat menjadi pengajar tentang moral yang baik. Saya melihat, ada guru mengaji yang memperkosa anak pengajiannya. Banyak guru yang juga korupsi dan mengambil uang-uang sumbangan. Guru tidak lagi menjadi panutan dimasyarakat untuk pembangunan moralitas. Akademisi, masih mampu menciptakan inovasi yang tepat guna, mamun berkat kebijakan-kebijakan pemerintah, beberapa dari inovasi tersebut yang tidak terlihat nyata dimasyarakat, contohnya biodiesel, solusi penanganan sampah dan sel surya.

Mahasiswa sekarang, tampak lebih sering ke dugem dan tidak lagi peduli terhadap lingkungan sekitar. Wawancara oleh metro TV terhadap ketua HMI pusat tentang kegiatan mahasiswa menjadi contoh nyata bahwa mahasiswa sekarang semakin katcrut. Ia berkata, bahwa HMI sekarang tidak ada kadernya yang menulis di koran lagi, sehingga fungsinya sebagai penjaga moral tidak terlihat lagi. Kemudian, beberapa organisasi pergerakan mahasiswa disinyalir tidak lagi suci, mereka menerima sogokan dari para politisi. LMND contohnya, mereka disinyalir tidak lagi suci, bahkan, ada yang pernah berkata kepada saya, mulut mereka memang komunis, tetapi perut kapitalis. KAMMI sendiri juga disinyalir tidak lagi suci, ada teman saya berkata tentang blok cepu, intinya ia berkata seperti ini, kecewa, masak kita gak boleh demo blok cepu karena PKS mendukung hal tersebut. Sebagai fungsi kader perubahan sosial juga tidak terlihat, saya melihat sendiri di TV bahwa ada salah seorang ketua BEM UI yang menjadi anggota partai golkar, partai yang dulu ia kritik habis-habisan sewaktu reformasi. Entah berapa uang yang diberikan kepadanya?

Borjuis kecil sebagai ujung tombak ekonomi, peran tersebut tidak didukung oleh proteksi pasar yang baik. Saya melihat, adanya hipermarket-hipermarket yang mengkebiri pasar-pasar tradisional itu juga merupakan masalah yang besar. Seharusnya pemerintah, memperbaiki pasar-pasar tradisional, bukannya memperbolehkan perusahaan asing berjualan di Indonesia. Jikalau pemerintah memang benar-benar memberikan peraturan yang baik mengenai proteksi pasar, saya yakin bahwa peran borjuis kecil akan tercapai.

Rakyat, memang kerjanya hanya memprotes, mereka mengerjakan tugasnya dengan benar. Namun, tidak ada pemimpin diantara mereka, sehingga arah gerak mereka tidak jelas dan terkesan destruktif. Maka dari itu, diperlukan segera pemimpin diantara mereka.

Kesimpulan

Ternyata, hampir seluruh komponen masyarakat menegah dan elit tidak dapat mengerti tugas yang harus dilakukan. Sehingga, mereka tidak dapat menjadi aktor yang dapat membawa bangsa ke kemakmuran ekonomi sampai pendapatan perkapita US$ 18.000. Jika mereka mengetahui apa peran dari mereka, menurut saya, akan terjadi perubahan besar dalam kemakmuran rakyat.
Untuk itu, saya melihat perlunya pewacanaan tentang fungsi dan posisi mahasiswa, mengingat memang fungsinya sebagai penjaga moral dan kader perubahan sosial. Sehingga, apabila ia tahu fungsinya, diharapkan ia mampu dalam mengisi kehidupan sosial setelah ia lulus dan menjaga dan mendorong perbaikan moral selagi ia berada di kampus.
Melihat kondisi seperti itu, saya ingin mengusulkan kepada PSIK-ITB untuk mengusung agenda ini dalam rangka menuju ke Kemakmuran Indonesia. Disamping menyelesaikan masalah Brainware, Organoware, Software dan Hardware bangsa Indonesia.
Sumber:
Wikipedia.org
Soros, George. Open Society
Slide-slide kuliah Rekayasa perangkat lunak